Senin, 14 Mei 2012

Hari  ini mentari masih malas bersinar. Ia meringkuk tertutup awan bisu yang membiaskan cahayanya.
Dan aku, aku masih tak ingin bangun. Aku tak mau membuka mataku. Karena memang tak ada lagi yang ingin kulihat didunia ini.
Aku ingin pergi, pergi meninggalkan hari yang kadang berat kulalui. Meninggalkan luka dan seikat keraguan tanpa pilihan dan tanpa jawaban. Aku ingin Mati, karena dunia memang tak sanggup aku hadapi.
Persetan dengan hati dan logika. Mereka tak bisa menjawab dan tak bisa memilih. Aku dan segenap kebusukan dan kemunafikanku yang pada akhirnya muncul sebagai pemenang.
Maka, biarkan aku berteman kesendirian kalau memang hanya itu yang aku punya untuk tetap suci.
Biarkan aku tetap tidur. Tidur dan membawa semuanya dalam sebuah mimpi yang tak kan pernah ada ujungnya. Sebuah mimpi yang mungkin akan membawa kita pada kekekalan.
Pernahkan kalian mengalami itu?

Jangan asal  memvonisku bila tak mengenalku.
Cover dan isi ceritaku sangat berbeda.
Jangan percaya kata-kata mereka, tapi lihatlah ke dalam diriku.
Aku, kisahku dan isi Hatiku adalah sebuah rangkaian cerita syahdu.
Cerita syahdu yang mungkin akan membawamu kedalam suatu hal yang tak pernah bisa kau ramalkan sebelumnya tapi membuatmu lebih berwarna.

Tapi, sangat terlambat untuk mengenalku. Aku ingin segera menutup mataku.
Membuatnya berat sampai akhirnya aku akan enggan membuka mataku.
Menutup mata hatiku supaya aku tak kan pernah tahu lagi mana hitam dan mana putih.
Aku ingin pergi, dari semua kepalsuan dan kemunafikan ini.
Aku ingin terbang, melintas dunia luas ini dan mencoba menjadi pribadi baru yang berbeda.
Aku ingin terbang ke sebuah tempat dimana tak kan ada orang yang mengenalku. Ke sebuah tempat dimana aku dihargai sebagai diriku sendiri.
Ke sebuah waktu dimana aku akan punya belahan jiwa tak terpisahkan.  Dan ke sebuah ruang dimana aku dan dia yang akan membangun sebuah puri yang kubuat dari tenunan hangat janji setia kami.
Maka, berikan aku kesempatan itu………….


Minggu, 13 Mei 2012

AKU DAN REALITA

Sudut Kota Batavia, Sepertiga Malam..10052012

Hariku masih carut marut. Penuh dendam, kebusukan dan kemunafikan. Mungkin aku adalah salah satu pelaku dari ketiga hal diatas, tapi aku slalu mencoba bersyukur dengan apa yang kudapat setiap hari.
Hidup bukan pertarungan, kawan. Ia adalah sebuah sungai. Sebuah sungai yang akan mengantarkan kita pada sebuah muara dunia dan berujung pada lautan kekelan abadi dari sang pemilik keabadian.
Kadang aku takut pada hidup yang rasanya makin hari makin mundur. Kadang ada rasa gelisah ketika hidup kita dihadapkan pada dua pilihan hati. Saat ini aku hanya bisa pasrah dan tetap menjalani apapun dan kemanapun semua cerita ini bermuara.
Apakah hidup ini akan menuntunku untuk hidup bersama orang yang kucintai, atau menuntunku pada seseorang yang rasanya lebih kompeten untuk dijadikan imam. Selalu ada pertanyaan itu.
Sementara , jauh dilubuk hatiku masih banyak ragu dan malu dan rasa bersalah yang menggelayut .
Karena aku malu karena tak mampu menjalankan kewajibanku.
Dalam setiap detikku, aku mencoba untuk tak pernah berhenti belajar. Aku belajar untuk sabar seperti halnya aku belajar mengeja huruf dalam kepalaku kala aku kecil.
Aku belajar ikhlas sebagaimana aku belajar menghapal warna dalam kehidupanku.
Aku belajar melapangkan hatiku, belajar untuk berani mengakui kesalahanku, layaknya aku belajar mengukir dan memahat namaku dalam sebuah batu yang dinamakan kenyataan.
 Aku belajar menyuarakan hatiku agar aku bisa menahannya dan mengubahnya menjadi sebentuk kalimat yang  bisa membuat manusia merubah jalan pikirannya. Tapi akan slalu ada realita dihadapan kita.
Kita dan Realita. Rasanya sangat bertolak belakang bukan? Karena harapan kadang tak sejalan dengan kenyataan. Kadang kandas ditengah jalan. Kadang tenggelam dalam kesombongan yang menjelma dalam jubah kenikmatan.
Aku tidak ingin sombong dalam kenikmatan Tuhan, aku juga tidak ingin Tuhan berhenti memberi semua kenikmatan ini. Keadaan ini yang membuat kita dihadapkan pada berbagai pertanyaan yang tak mampu kita jawab dan pada pilihan yang tak mampu kita pilih.
Semoga saja aku masih punya harga diri. Harga diri yang akan membuat kita berbeda dengan yang lainnya. Yang menjadi sebuah identitas suci hati dan jiwa seoarang manusia..

Selasa, 17 April 2012

Baru Awal Tahun, tapi rasanya sudah banyak yang terjadi. Sudah banyak cobaan dan pelajaran kehidupan yang di lalui, padahal baru awal tahun. Rasanya dunia jungkir balik. Optimisme dan Mimpi-mimpi yang saya punya semuanya seperti perlahan pergi.
Bukan putus asa, hanya saja sulit rasanya untuk kembali membangun harapan dan impian yang baru. Kala semua jalan sudah tertutup, dan semua kepercayaan sudah hilang.

Seorang sahabat mengatakan (bahkan slalu mengatakan) tetaplah bersyukur " Dan Nikmat Tuhan yang mana yang kamu dustakan (QS Ar Rahman ayat 13)" Dan , hingga kini hanya ayat itu yang masih menuntun semua langkah. Tetap bersyukur bahkan disaat terberat.

Sekarang yang diperlukan adalah menata hidup dan menata hati. Tapi apa ada yang tahu bagaimana caranya?
Banyak nasehat yang datang saat ini. Ada yang datang seperti Guru, seperti anak kecil dan ada jiwa pemberontak lainnya. Tapi masih belum ada satupun yang bisa merubah. Karena nasehat kadang hanya wacana ketika aplikasi tak semudah kita bicara.

Mungkin masalah memang ada untuk membuat kita dewasa, sahut seorang teman. Saya rasa memang membuat kita dewasa ketika kita tahu cara pemecahannya. Tapi bagaimana ketika kita bahkan tidak tahu jalan keluar dari itu semua.
Ada lagi kata mutiara dari salah seorang teman. Dia bilang " akan ada pelangi disetiap badai". Ada yang aneh da janggal ketika mendengar kalimat yang maaf "agak sok tahu itu". Karena pelangi hanya akan ada "Setelah badai, bukan pada saat badai" Dan kembali lagi pada kalimat " kita akan menemukan pelangi saat kita tahu pemecahan masalah, bukan pada saat masalah, terutama saat
deadlock.

Saat ini, rasanya sangat sendirian. Kehilangan orang tua adalah hal terberat, tapi ternyata kehilangan harapan, kepercayaan, mimpi dan optimisme jauh lebih berat. Kita masih bisa bangkit dari keterpurukan selama masih ada rasa rasa tersebut. Dan sekarang hanya saya ..dan kesendirian saya. Ups...saya lupa..saya tidak sendiri karena "kesendirian saya " tengah menemani.
Saya ingin berdamai dengan semua masalah. Tapi rasanya berdamai pun percuma karena acap kali masalah itu kian datang dan bertumpuk. Apakah akhirnya harus jadi "bersoulmate dengan masalah"?

Seandainya saja ada hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki ini semua, untuk bisa mengembalikan semua kepercayaan, mengembalikan harapan, mengembalikan optimisme, dan mengembalikan semua impian pada tempatnya, kembali seperti sedia kala. Lucu ya..ketika orang lain lebih suka pada masa depan, dan saya memilih untuk menjadi seperti masalalu saya. Apa ini yah yang disebut penyesalan?
Masa lalu bukan sebuah penyesalan, untuk saya masa lalu adalah memori terbaik.
Dimana saya masih memiliki, Harapan, kepercayaan, impian dan optimisme untuk terus menapaki hari.
Bukan berarti ingin kembali ke masa lalu, tapi rasanya saya terlalu malu untuk berkaca pada masa lalu. Karena masa lalu saya sangat jauh lebih baik, lebih terhormat, dan jauh lebih hidup dari masa kini.